Sloane Stephens Jawab Pertanyaan Terkait Pensiun

Berita Tenis: Sloane Stephens melontarkan beberapa pernyataan menarik saat tampil di podcast Caroline Garcia, termasuk membandingkan semangat kompetitifnya dengan Cori Gauff.

Sudah hampir beberapa musim sejak petenis AS berada di posisi puncak dunia tenis. Puncaknya adalah ketika ia memenangkan US Open musim 2017, dengan mengalahkan teman baik sekaligus rekan senegaranya, Madison Keys di final.

Ia tetap berada di posisi tinggi pada musim 2018, setelah ia menjadi runner up French Open (kalah dari Simona Halep) dan runner up WTA Finals (kalah dari Elina Svitolina). Ia mengakhiri musim tersebut dengan menghuni peringkat 6 dunia.

Namun, beberapa musim selanjutnya sang petenis tidak begitu sukses. Dalam enam musim terakhir, ia hanya memenangkan dua gelar, termasuk di Rouen Open musim ini, tetapi level permainannya tidak pernah kembali seperti yang ia perlihatkan pada musim 2017 dan 2018.

Beberapa bulan terakhir juga cukup berat bagi petenis berusia 31 tahun. Sejak memenangkan Rouen Open dan mendapatkan dua kemenangan di Madrid pada bulan April, ia hanya mampu memenangkan dua pertandingan, termasuk menelan kekalahan pahit di US Open melawan Clara Burel. Ia unggul dengan 6-0, 4-1 sebelum kalah tiga set dari petenis berkebangsaan Perancis.

Ia belum berkompetisi lagi di turnamen WTA sejak kalah di laga pembuka Korea Open pada bulan September dan musim 2024 sang petenis tampak sudah berakhir. Mengambil rehat dan menyegarkan diri setelah beberapa bulan terakhir bisa menjadi langkah yang bijak.

Dalam podcast petenis berkebangsaan Perancis, Garcia yang bertajuk Tennis Insider Club, Stephens menuturkan tentang hal terkait pensun yang dikhawatirkan para penggemarnya.

“Semua orang menanyakan saya tentang itu, saya merasa begitu tua! Saya tidak tahu. Saya rasa ketika saya mulai kalah dan mereka tidak lagi memperhatikan saya!” tutur Stephens.

“Ada banyak rintangan yang terjadi pada setiap pekan yang tidak seorang pun lihat, tetapi menurut saya pekerjaan apa yang akan membayar anda untuk mengenakan gaun tenis dan bermain di televisi secara langsung? Jika tidak, saya akan di rumah saja. Sampai saya memiliki anak atau semacamnya.”

Petenis AS juga mengakui bahwa komitmen dan motivasi untuk bermain setiap pekan tidak sama dengan petenis lain seperti Cori Gauff atau pun Iga Swiatek. Hal tersebut mungkin menjelaskan ketidakmampuannya untuk berada di level yang sama seperti musim 2017 atau 2018 dan mengapa ia tidak memiliki penyesalan tidak bisa mencapai peringkat 1 dunia.

“Orang-orang yang melakukannya setiap pekan, saya salut kepada mereka. Saya tidak tahu bagaimana mereka melakukannya, karena saya merasa lelah. Jika saya melakoni satu pekan yang panjang, saya merasa, ‘Saya harus pulang’. Jadi, saya tidak tahu bagaimana mereka melakukannya. Saya pikir setiap petenis tidak bermain setiap pekan karena itu benar-benar menyulitkan,” tukas Stephens.

“Ada alasan kenapa kita memiliki Caroline Garcia, Madison Keys, dan Cori Gauff. Hal itu membuat olahraga ini sangat unik dan keren. Semua orang tidak bisa menjadi petenis peringkat 1 dunia dan Iga Swiatek sungguh luar biasa sebagai petenis peringkat 1 dunia, tetapi saya tidak menginginkan hal itu, itu berat.”

Artikel Tag: Tenis, Sloane Stephens