Marton Fucsovics Kenang Kembali Sulitnya Transisi Menuju Turnamen ATP
Berita Tenis: Petenis peringkat 70 dunia, Marton Fucsovics asal Hungaria menungkapkan tekanan yang muncul setelah kesuksesan yang didapatnya di level junior.
Fucsovics pernah bertengger di peringkat tertinggi dalam kariernya ketika ia menghuni peringkat 31 dunia dengan permainannya yang bertenaga, tetapi banyak pihak berharap Fucsovics bisa tampil lebih baik di turnamen ATP.
Setelah memenangkan Wimbledon musim 2010 pada kategori junior, banyak pihak memprediksi hal-hal besar akan terjadi pada Fucsovics, tetapi transisi yang dilaluinya tidak berjalan mulus.
Dalam sebuah wawancara teranyar, petenis berusia 27 tahun, Fucsovics mengungkapkan bahwa ia merasa tertekan setelah menjadi petenis yang handal di kategori junior.
“Semua orang mengharapkan saya berada di peringkat 100 besar dalam satu atau dua musim berikutnya, tetapi hal itu tidak terjadi setelah delapan musim berlalu. Itu masa-masa yang sulit. Saya melakoni ajang Challenger setiap pekannya. Itu cukup berat,” jelas Fucsovics.
Meski transisi yang dilaluinya cukup berat, kerja keras Fucsovics akhirnya terbayar pada musim 2018 ketika ia memenangkan gelar turnamen ATP pertama dalam kariernya di Jenewa. Pencapaian tersebut memperlihatkan bahwa daya juang Fucsovics terbayar dengan baik.
“Ketika saya menginjak usia 18 atau 19 tahun, saya merasa sangat tidak baik. Masa transisi benar-benar berat bagi saya. Tetapi saya terus berjuang. Itu mimpi saya dan akhirnya saya berhasil,” tambah Fucsovics.
Meski itu bukan karier yang diperkirakan banyak pihak dari Fucsovics, tetapi ia tetap merasa bangga akan kariernya.
Hal lain tentang karier Fucsovics adalah fakta bahwa ia berasal dari negara yang tidak menaruh minat tinggi terhadap tenis, sehingga ia juga mengungkapkan seberapa sulitnya ketika ia masih tumbuh berkembang.
“Sebagai sebuah negara, kami semakin membaik sejak saya dan Timea Babos menembus peringkat 100 besar. Tenis menjadi lebih popular di Hungaria, tetapi kami belum sampai ke titik yang diinginkan,” aku Fucsovics.
“95 persen lapangan di Hungaria adalah clay-court. Hanya ada sediki lapangan dalam ruangan di Hungaria. Saya pikir tidak ada lapangan di Hungaria selain di Budapest.”
“Di Hungaria, kami tidak memiliki fasilitas, pelatih, ataupun lapangan. Anda harus membayar untuk bermain tenis, tetapi anda tidak harus bergabung dengan klub untuk bermain. Anda hanya harus membayar per jam.”
Fucsovics harus bekerja lebih keras pada musim mendatang jika ia ingin peringkatnya lebih tinggi daripada peringkat yang didapatnya di akhir musim 2019.
Artikel Tag: Tenis, Marton Fucsovics, Timea Babos
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/tenis/marton-fucsovics-kenang-kembali-sulitnya-transisi-menuju-turnamen-atp
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini