Upacara Pembukaan Olimpiade Paris Tetap Spektakuler Meski Diguyur Hujan

Penulis: Hanif Rusli
Sabtu 27 Jul 2024, 05:56 WIB
Marie-Jose Perec dan Teddy Riner bergabung untuk menyalakan kuali Olimpiade Paris di Tuileries Garden. (Foto: Yahoo Sports)

Marie-Jose Perec dan Teddy Riner bergabung untuk menyalakan kuali Olimpiade Paris di Tuileries Garden. (Foto: Yahoo Sports)

Ligaolahraga.com -

Paris menyambut Olimpiade Musim Panas pertamanya dalam satu abad terakhir pada Jumat (26/7) dengan upacara pembukaan yang diguyur hujan di sepanjang Sungai Seine, yang menampilkan perpaduan antara kemegahan, ketangguhan, dan inovasi.

Meskipun hujan turun sesekali, semangat kota ini tetap tak surut saat para atlet berlayar menyusuri sungai dengan perahu, menunjukkan pesona Paris yang tak lekang oleh waktu dan keteguhan hati warganya di tengah berbagai tantangan.

Acara ini berlangsung dengan latar belakang gangguan perjalanan yang disebabkan oleh dugaan sabotase pada jaringan kereta api berkecepatan tinggi di Prancis, yang menambah ketegangan yang tak terduga.

Suasana semakin diperkeruh oleh cuaca, tetapi hal ini tidak mengurangi antusiasme ratusan ribu penonton. Kerumunan orang berbaris di sepanjang Sungai Seine, berkerumun di bawah payung dan jaket, sambil menyemangati parade kontingen-kontingen.

Upacara dimulai dengan percikan air-secara harfiah-saat perahu yang membawa para atlet meluncur melewati air terjun dari Jembatan Austerlitz, yang merupakan air mancur di Istana Versailles, yang akan menjadi tuan rumah cabang olahraga berkuda.

Meskipun hujan, Paris tetap menampilkan pertunjukan yang memukau dengan berbagai elemen yang memukau.

Sebuah film pendek lucu yang menampilkan legenda sepak bola Zinedine Zidane memulai perayaan, diikuti dengan penampilan dinamis dari Lady Gaga, yang bernyanyi dalam bahasa Prancis di tengah-tengah tampilan pompom merah muda yang semarak.

Deretan musisi yang tampil juga tak kalah mengesankan. Bintang pop Prancis-Malawi Aya Nakamura, yang terkenal dengan lagu hitnya "Djadja", tampil dengan busana emas berkilauan diiringi orkestra Garda Republik Prancis.

Upacara ini juga menampilkan perpaduan antara opera dan metal, dengan band Gojira dan penyanyi mezzo-sopran Marina Viotti yang membawakan penampilan yang kuat.

Penyelenggara menghadapi tantangan untuk mengatur kerumunan penonton yang lebih besar di sepanjang Sungai Seine dibandingkan dengan pertunjukan stadion tradisional.

Upacara ini memadukan olahraga dengan ekspresi artistik dengan sempurna, menentang norma-norma Olimpiade konvensional.

Paris merangkul landmark ikoniknya sebagai bagian dari pertunjukan. Menara Eiffel, Katedral Notre Dame, dan Museum Louvre ditampilkan secara mencolok, masing-masing diubah menjadi elemen simbolis perayaan.

Menara Eiffel, yang sebagian masih terselubung oleh awan, dan landmark lainnya merupakan bagian dari narasi besar yang dibuat oleh sutradara teater pemenang penghargaan, Thomas Jolly.

Visi Jolly adalah untuk menggambarkan esensi Prancis, sejarahnya, dan orang-orangnya dengan cara yang akan beresonansi secara mendalam dengan penonton global.

Pendekatan ini tidak hanya bertujuan untuk menyegarkan kembali citra Paris, tetapi juga menyoroti ketahanan dan kapasitasnya untuk mencapai prestasi luar biasa, terlepas dari kesulitan di masa lalu.

Parade seremonial dimulai dengan para atlet Yunani, yang mencerminkan tempat kelahiran Olimpiade kuno, diikuti oleh tim Olimpiade pengungsi dan kemudian negara-negara lain yang berpartisipasi dalam urutan abjad.

Hal ini berbeda dengan tradisi, di mana parade biasanya diadakan saat jeda perayaan, menggarisbawahi semangat inovatif Paris.

Kepala Penyelenggara Paris, Tony Estanguet, tetap bungkam tentang pembawa obor terakhir, menambahkan elemen ketegangan pada malam itu.

Salah satu elemen yang paling dinantikan adalah penyalaan kuali Olimpiade. Alih-alih kuali tradisional yang berada di tanah, Paris memperkenalkan desain yang unik, yakni cincin api yang diangkut oleh balon udara raksasa.

Gerakan simbolis ini merupakan penghormatan kepada penerbangan balon berisi hidrogen pertama yang dilakukan oleh para penemu Prancis pada tahun 1783.

Kuali tersebut, yang dibuat oleh desainer Prancis Mathieu Lehanneur, dimaksudkan sebagai penghormatan terhadap kebebasan, yang mewujudkan moto nasional "Liberté, Égalité, Fraternité".

Marie-José Pérec dan Teddy Riner bergabung untuk menyalakan kuali di Tuileries Garden, yang berada di dekat Museum Louvre di jantung kota Paris, sebelum kuali itu terbang ke angkasa.

Upacara ini diakhiri dengan penampilan yang tak terlupakan dari Celine Dion, yang menyanyikan lagu "L'Hymne A l'Amour" dari Edith Piaf untuk menutup acara ini dengan meriah.

Dion, yang sempat absen dari panggung karena gangguan neurologis yang langka, kembali tampil dengan penuh haru, menandai momen penting pada malam itu.

Dengan lebih dari 45.000 polisi dan gendarme, serta 10.000 tentara yang bertugas, acara ini diamankan dengan sangat teliti.

Pada akhirnya, upacara ini merupakan bukti kemampuan Paris untuk memadukan tradisi dengan inovasi, yang memberikan inspirasi untuk Olimpiade yang akan datang.

Artikel Tag: olimpiade

Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/olahraga-lain/upacara-pembukaan-olimpiade-paris-tetap-spektakuler-meski-diguyur-hujan
243  
Komentar

Terima kasih. Komentar Anda sudah disimpan dan menunggu moderasi.

Nama
Email
Komentar
160 karakter tersisa

Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar disini