Paralimpiade Paris: China Masih Puncaki Perolehan Medali Hari Ketiga

Penulis: Hanif Rusli
Minggu 01 Sep 2024, 16:13 WIB
Chen Minyi (tengah) merayakan suksesnya di atas podium setelah memenangi panahan W1 perorangan putri di Paralimpiade Paris. (Foto: AP)

Chen Minyi (tengah) merayakan suksesnya di atas podium setelah memenangi panahan W1 perorangan putri di Paralimpiade Paris. (Foto: AP)

Ligaolahraga.com -

Pada hari ketiga Paralimpiade Paris 2024 pada Sabtu (31/8), China masih memimpin klasemen sementara perolehan medali setelah menambah delapan medali emas.

Kini, China telah mengumpulkan 20 medali emas, plus 15 perak dan tujuh perunggu, diikuti Inggris dan Brasil dengan masing-masing 11 dan delapan medali emas.

Indonesia sendiri belum menambah koleksi medali lagi, dengan hanya satu perak dan berbagi peringkat ke-43, bersama dengan tujuh negara lainnya.

Pada Sabtu, atlet panahan China Chen Minyi mempertahankan gelar juara panahannya di Paralimpiade Paris meski sempat mengalami kesulitan di babak semifinal.

Sementara itu, Idrissa Keita gagal meraih medali Paralimpiade pertama bagi Senegal, namun kehidupannya berubah drastis berkat cabang olahraga taekwondo.

Chen, 33, memimpin final panahan W1 perorangan putri melawan Sarka Musilova dari Republik Ceko sejak ronde pertama dan memenangkan pertandingan ulangan final Paralimpiade Tokyo dengan skor 136-129.

Namun, pertandingan semifinal melawan Kim Ok-geum dari Korea Selatan yang berusia 64 tahun, membuat Chen merasa takut.

"Saya tahu skor kami selama pertandingan dan saya tahu kami seri sebelum tembakan terakhir," kata Chen. "Untuk sesaat, saya sempat berpikir bahwa saya akan kalah tetapi saya terus mengatakan pada diri saya sendiri 'jangan menyerah'."

"Saya mencoba mengatur nafas dan mengatakan pada diri sendiri untuk tetap tenang," kata Chen yang berhasil mencetak skor 9 pada anak panah terakhirnya, sementara Kim akhirnya gagal mencapai target.

Chen mengapresiasi olahraga panahan yang telah membawanya ke berbagai tempat di dunia dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Sementara bagi Keita yang berusia 21 tahun, taekwondo telah mengubah hidupnya.

Meskipun Keita dikalahkan oleh Evan Medell dari Amerika Serikat pada babak repechage putra K44 +80kg 13-1 dan kehilangan kesempatan untuk memperebutkan medali perunggu, ia tetap harus merasa bangga pada dirinya sendiri.

Keita terpaksa meninggalkan sekolah pada usia 16 tahun dari kampung halamannya untuk menafkahi keluarganya setelah ayahnya meninggal dunia. Ada hari-hari ketika ia harus mengemis di jalanan Dakar untuk mendapatkan makanan.

Kemudian ia bertemu dengan seorang pelatih tim para taekwondo Senegal, yang mengajaknya keluar dari jalanan untuk berlatih para taekwondo. Setelah 18 bulan, ia muncul di Paralimpiade Paris sebagai atlet.

Dalam cabang renang di Paralimpiade Paris, Inggris adalah pemenang terbesar saat atlet mereka membawa pulang tiga emas, satu perak dan satu perunggu pada hari Sabtu.

Ma Jia dari Cina mempertahankan gelarnya di nomor 50 meter gaya bebas putri S11 dan memperbaharui rekor dunianya sendiri menjadi 28,96 detik.

Di tempat lain, Thomas Wandschneider dari Jerman memenangkan pertandingan bulutangkis terlama dalam sejarah Paralimpiade, di mana atlet berusia 60 tahun ini membutuhkan waktu 103 menit untuk mengalahkan atlet China Yang Tong 2-1 di babak penyisihan grup WH1 putra dan mencapai semifinal untuk pertama kalinya.

Jan Riapos dari Slovakia menambahkan satu lagi emas Paralimpiade ke dalam koleksinya dengan memenangkan final ganda putra MD4 bersama debutan Paralimpiade Peter Lovas.

Artikel Tag: Paralimpiade Paris

Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/olahraga-lain/paralimpiade-paris-china-masih-puncaki-perolehan-medali-hari-ketiga
122  
Komentar

Terima kasih. Komentar Anda sudah disimpan dan menunggu moderasi.

Nama
Email
Komentar
160 karakter tersisa

Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar disini