Ma Lin Tidak Berhenti Dulang Medali Paralimpiade, Incar Brisbane 2032

Penulis: Hanif Rusli
Senin 09 Sep 2024, 09:39 WIB
Atlet para tenis meja Australia berdarah China, Ma Lin, beraksi di Paralimpiade Paris. (Foto: AFP)

Atlet para tenis meja Australia berdarah China, Ma Lin, beraksi di Paralimpiade Paris. (Foto: AFP)

Ligaolahraga.com -

Ambisi Ma Lin untuk menjadi seorang pianis ternama berakhir dengan tiba-tiba setelah serangan beruang coklat mengakibatkan hilangnya lengan kanannya.

Terlepas dari insiden yang menghancurkan ini, ketangguhan dan tekadnya membantunya muncul sebagai kekuatan dominan dalam tenis meja Paralimpiade.

Pada usia 34 tahun, Ma telah mengoleksi empat medali emas Paralimpiade, tiga di nomor beregu dan satu perorangan, serta satu perak perorangan untuk China, yang dimulai sejak Olimpiade Beijing 2008.

Setelah pindah ke Australia pada 2017, ia meraih dua medali perak di Paralimpiade Tokyo.

Pada hari Sabtu (7/9), Ma Lin melengkapi raihan medali Paralimpiknya dengan perunggu setelah kalah dalam pertandingan lima set menegangkan dari Lucas Didier dari Prancis di arena yang penuh sesak di Porte de Versailles.

Tampak kecewa dengan kekalahan tersebut, Ma punya alasan untuk itu. Ia sempat memimpin dua kali namun berhasil dikejar oleh Didier yang tampil gigih.

"Itu sulit," kata pelatih kepala Australia Alois Rosario, yang mewakili Ma karena kendala bahasa, kepada AFP. "Dia masuk sebagai favorit, jadi itu sulit di lingkungan terbesar. Namun Lucas bermain luar biasa hari ini."

Ma Lin baru berusia lima tahun ketika ia mengunjungi kebun binatang di dekat rumahnya di China bersama seorang teman.

"Saya pikir (beruang) itu adalah teman saya karena saya biasa pergi ke kebun binatang setiap pekan untuk memberinya makan," kata Ma kepada News Corp Australia pada 2021. "Jadi, saya putuskan untuk mengulurkan tangan dan menepuknya, tetapi saya kira suasana hatinya sedang tidak baik hari itu."

Dia memasukkan tangan kanannya ke dalam jeruji kandang, namun beruang itu menggigit lengannya di atas siku. "Saya rasa saya sedikit terkejut. Tapi saya tidak menangis. Tidak sekalipun."

Seorang ahli bedah menyelamatkan nyawanya tetapi harus mengamputasi lengannya. Ketika Ma terbangun setelah operasi, perhatian utamanya sederhana.

"Saya hanya ingin tahu apakah saya masih bisa mendapatkan pacar saat saya lebih tua nanti," kata Ma Lin, yang memiliki hobi menyelam. Orang tuanya meyakinkan dia, "Tentu saja," dan dia senang dengan hal itu.

Perjalanan transformatifnya pun dimulai, didorong oleh inspirasi yang ia temukan dalam kesuksesan Olimpiade 1996 di China. Meskipun sebelumnya tidak kidal, Ma harus dengan cepat menyesuaikan diri dengan menggunakan tangan kirinya.

Adaptasi ini membuahkan hasil, karena pukulannya yang kuat dan servisnya yang efektif terlihat jelas saat melawan Didier, yang menggunakan kedua tangannya.

Koleksi medali yang diraih Ma Lin merupakan bukti dari bakatnya yang luar biasa, dan medali perunggu di Paris bukanlah akhir dari kisahnya. "Dia berbicara tentang Brisbane 2032, jadi masih ada jalan panjang di depannya," kata Rosario. "Dia semakin membaik. Dia telah meningkatkan banyak area dalam permainannya."

Rosario menambahkan bahwa Ma merefleksikan perjalanan hidupnya dan dengan penuh semangat mengantisipasi untuk menambah warisan dan perolehan medalinya: "Maksud saya, dia masih dalam perjalanan, dan jalan yang harus dilaluinya masih panjang, saya harap. Tapi ya, dia sudah mencapai banyak hal dalam hidupnya. Dia sudah terbiasa dengan naik dan turun, jadi masih banyak yang harus dilakukannya."

Artikel Tag: Ma Lin

Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/olahraga-lain/ma-lin-tidak-berhenti-dulang-medali-paralimpiade-incar-brisbane-2032
199  
Komentar

Terima kasih. Komentar Anda sudah disimpan dan menunggu moderasi.

Nama
Email
Komentar
160 karakter tersisa

Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar disini