Ragam Sepak Bola: Asal-Usul Rivalitas Barca-Madrid, Perang Sipil dan Kediktatoran Franco
Ligaolahraga – Ragam Sepak Bola: Untuk bisa memahami rivalitas FC Barcelona dan Real Madrid, Anda tak cukup hanya melihat persaingan kedua klub terbesar di Spanyol di atas lapangan. Anda harus merunut sampai keluar lapangan, yakni Perang Sipil Spanyol dan kediktatoran Jenderal Francesco Franco pasca perang.
"Caudillo dari Spanyol" — begitu julukan Franco— punya dua sisi yang bertolak belakang. Pahlawan sekaligus penjahat. Sebagian masyarakat Spanyol mengelu-elukannya dan sebagian warga lainnya malah menghujat dan membencinya bak seorang kriminal.
Manakala Spanyol dilanda Perang Sipil antara 1936-1939, Franco yang mengakhiri perang saudara itu berkat kemenangan faksi Nationalist yang dipimpinnya. Dia pula yang memupus niat Uni Soviet yang ingin menjadikan Spanyol sebagai salah satu bonekanya.
Hal yang paling dikenang adalah ketika Franco secara halus menolak permintaan temannya, Adolf Hitler, yang minta dukungannya untuk menyerang Inggris dalam Perang Dunia Kedua. Pun inisiatifnya dalam memodernisasi dan membangkitkan ekonomi Spanyol pada era 1960-an.
Franco bersahabat dengan Adolf Hitler, tapi menolak tawaran bergabung dengan Axis
Ketika dia wafat pada 1975 setelah berkuasa selama 39 tahun, Spanyol berubah dari salah satu negara termiskin di Eropa menjadi negara mandiri yang disegani. Tak heran, bagi sebagian warga Spanyol, Franco adalah sosok pahlawan yang bisa disejajarkan dengan El Chid, Charles V, dan Philip II.
Semuanya bermula pada Juli 1936. Franco melakukan kudeta bersama beberapa jenderal lainnya terhadap Republik Spanyol Kedua yang berkuasa sejak 1931. Tapi pemberontakan pada 17 dan 18 Juli itu gagal menggulingkan pihak berkuasa dan memicu terjadinya Perang Sipil Spanyol.
Selama Perang Sipil, Catalonia menjadi pusat pemikiran faksi Socialist yang beraliran kiri dan kota Barcelona menjadi ibu kota Pasukan Republik Spanyol menghadapi Pasukan Nationalist Spanyol pimpinan Franco.
Selama peperangan, Catalonia menjadi pusat perlawanan terhadap kelompok sayap kanan Nasionalisme beraliran fasis, sampai akhirnya Pasukan Nationalist mencaplok Barcelona pada 26 Januari 1939. Franco kemudian menjadi diktator Spanyol sampai kematiannya pada 1975.
Pendukung sayap kanan memberikan salam fasis dalam peringatan kematian Franco
Karena perlawanan Catalonia dan Barcelona terhadap Franco selama perang Sipil, Franco pun memprioritaskan penghukuman terhadap masyarakat Catalonia atas keyakinan politik mereka. Setelah perang itu, Franco memakai segala kekuasaan yang dia miliki untuk menghancurkan budaya dan identitas warga Catalonia.
Lebih dari 500 ribu orang pendukung Republik Spanyol yang masih hidup dan berperang melawan Franco, dikirimkan ke kamp-kamp konsentrasi di Spanyol, Jerman dan Austria.
Franco juga kemudian mencabut otonomi politik Catalonia. Masyarakat Catalonia mendapatkan otonomi itu setelah Alfonso XIII, bekas Raja Spanyol, meninggalkan negeri itu setelah Republik Spanyol Kedua terpilih secara demokratis lewat pemilu sebagai pemerintahan baru.
Selain itu, Franco melarang pengibaran bendera nasional Catalan, Senyera, di Catalonia. Berikutnya, dia coba menghapus Bahasa Catalan. Orang-orang pun dilarang berbicara dengan Bahasa Catalan di depan umum.
Semasa pemerintahan Franco, pengibaran bendera nasional Catalan 'Senyera' dilarang
Semua rambu dan nama jalan dibuang, ditutup atau diganti dari Catalan menjadi Castillan Spanyol, dialek resmi Spanyol. Jika sebuah bisnis memiliki nama Catalan, maka toko tersebut wajib mengganti namanya dengan Castillan Spanyol.
Anak-anak dilarang diberikan nama dalam Bahasa Catalan. Semua buku yang ditulis dalam Bahasa Catalan dihancurkan. Penerbitan buku berbahasa Catalan pun dilarang. Bahasa Catalan juga dilarang diajarkan di sekolah-sekolah.
Guna mengganti ongkos Perang Sipil, ribuan warga Catalonia dipaksa membayar denda kepada Pemerintah Spanyol. Jika tidak, properti mereka akan disita pihak pemerintah.
Banyak pegawai negeri profesional, terutama guru-guru, kehilangan pekerjaan mereka atau terbatas mendapatkan kesempatan pekerjaan akibat dukungan yang mereka berikan kepada Republik Spanyol sebelumnya atau karena mendukung kubu Republik selama Perang Sipil.
Patung Franco tanpa kepala yang menaiki di Barcelona pada 2016 jadi sasaran vandalisme
Satu-satunya tempat yang dirasa aman oleh warga Catalonia untuk merayakan asal-usul mereka, berbicara dalam bahasa mereka dan mengibarkan Senyera adalah di dalam Stadion Camp Nou saat dilangsungkannya pertandingan kandang FC Barcelona.
Camp Nou seperti menjadi rumah budaya dan spiritual Barcelona dan Catalonia, tempat terjaganya segala warisan masyarakat Catalan. Dengan merayakan budaya mereka, orang-orang yang tertindas bisa bebas merdeka bertindak memberontak terhadap penindas mereka.
Barcelona menjadi ‘Més que un club’ (Lebih dari sebuah klub) bagi masyarakat Barcelona dan Catalonia, yang mengandalkan FC Barcelona untuk memberikan kebebasan dalam merayakan dan menekspresikan budaya dan identitas politik mereka.
Franco menyadari pentingnya Barcelona sebagai identitas warga Catalonia. Jadi, dia pun berusaha menghancurkan FC Barcelona. Di awal Perang Sipil, Presiden FC Barcelona, Josep Sunyol, dibunuh pasukan Franco ketika dia sedang melakukan perjalanan untuk mengunjungi pasukan Republik yang berbasis di dekat Madrid.
Franco memaksa klub tersebut untuk mengganti namanya dari Bahasa Catalan, Futbol Club Barcelona, menjadi Barcelona Club de Fútbol dalam Bahasa Spanyol. Selain itu, Franco juga memaksa Barcelona untuk membuang Senyera dari pojok kanan atas logo klub mereka.
Bagi masyarakat Catalan, FC Barcelona menjadi 'lebih dari sebuah klub'
Di sisi lain, Real Madrid mewakili semua ide dan nilai tradisional dari pemerintah Spanyol. Real Madrid dikenal sebagai Madrid Football Club sampai 1920 ketika Raja King Alfonso XIII memberikan tambahan nama ‘Real’ alias dibaptis menjadi klub kerajaan, sehingga nama klub berubah menjadi Real Madrid dan logo klub ditambahkan mahkota.
Kala itu, Atlético Madrid, rival sekota mereka di masa depan, masih menjadi klub ‘feeder’ Athletic Bilbao. Karena itu, Real Madrid bukan hanya dikenal sebagai klub utama Madrid, melainkan juga klub yang mewakili Monarki Spanyol.
Pada 1931, setelah pemilu Spanyol mengakhiri Monarki Spanyol dan Republik Spanyol Kedua terbentuk, titel ‘Real’ dicabut dari nama Real Madrid dan balik bernama Madrid FC. Logo baru mereka tidak mengikutsertakan mahkota.
Pada 1939, setelah faksi Nasionalist memenangi Perang Sipil Spanyol dan Franco naik menjadi diktator Spanyol, dia mengembalikan gelar ‘Real’ kepada Madrid FC, dan sekali lagi mengangkat klub yang Alfonso XIII baptis tersebut sebagai klub yang mewakili ideologi-ideologi tradisional Spanyol.
Transformasi logo Real Madrid
Franco amat menggandrungi sepak bola dan bahkan lebih banyak meluangkan waktu menonton sepak bola di depan layar televisi ketimbang membaca surat kabar.
Dia secara terbuka mendukung Madrid dan tidak pernah melewatkan setiap pertandingan Madrid di televisi. Bahkan dia mengontrol saluran televisi negara untuk lebih banyak menyiarkan pertandingan klubnya itu. "Kejayaan Madrid dianggap kemenangannya juga," kata Paul Preston, penulis biografi Franco.
Walau rezim Franco tak mengklaim secara sistematis telah membantu Madrid, mereka dengan jelas memanfaatkan sukses klub itu untuk keuntungan sendiri. Keberhasilan klub itu meraih enam gelar Eropa pada era 1960-an, mereka sebut sebagai "duta besar terbaik yang pernah kami miliki".
Foto rekayasa Franco dalam seragam Real Madrid
Lagipula Madrid bukannya terpaksa jadi salah satu bonekanya Franco. Santiago Bernabeu, presiden terbesar Madrid, juga seorang pendukung keras sayap kanan. Dia sukarela membantu Franco saat Perang Sipil dan memiliki banyak kesamaan dengan sang jenderal, yakni kepemimpinan sentralistik.
Tidak heran jika sampai sekarang Madrid menyandang predikat sebagai (bekas) kesayangannya Franco. Jadilah Madrid dibenci dan dimusuhi klub-klub lainnya karena punya "hubungan yang erat" dengan salah satu diktator paling sukses di Abad XX itu.
Artikel Tag: F.C. Barcelona, Real Madrid, francesco franco, Sepak Bola
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/bola/ragam-sepak-bola-asal-usul-rivalitas-barca-madrid-perang-sipil-dan-kediktatoran-franco
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini