Analisa: Regulasi Pemain U-23 Dihilangkan, Bukti PSSI Tetap Konsisten dengan Inkonsistensinya
Ligaolahraga - Analisa: Yang konsisten di PSSI adalah inkonsitensi itu sendiri. Sebuah anekdot yang sangat akrap di telinga pecinta sepak bola tanah air. Anekdot sarat sindiran tersebut kembali dibuktikan kebenarannya PSSI setelah memastikan untuk tidak lagi mewajibkan setiap klub Liga 1/2017 memainkan pemain U-22 melalui surat nomor 2312/UDN/12393/VII-2017.
Dalam surat tersebut dinyataka semua klub Liga 1/2017 diperbolehkan untuk menurunkan/memainkan semua pemainnya yang telah terdaftar sebelumnya. Kemudian implementasi dari penangguhan aturan ini, maka pergantian jumlah pemain menjadi tiga kali.
Aneh bin ajaib memang, karena sebelum digulirkannya Liga 1/2017 PSSI di bawah komando Edy Rahmayadi bersikeras menerapkan regulasi yang mewajibkan setiap tim peserta memainkan minimal tiga pemain U-22 dalam durasi 45 menit babak pertama.
Dalam implementasinya, peraturan tersebut juga memberikan kesempatan terhadap semua pelatih untuk melakukan lima pergantian pemain dalam setiap pertandingan. Sebuah hal yang mungkin belum pernah dilakukan asosiasi dari negara manapun dalam menyelenggarakan sebuah kompetisi resmi. Pasalnya hal tersebut sudah melabrak law of the game FIFA yang sudah menetapkan pergantian pemain dalam pertandingan resmi adalah tiga orang.
Apa yang kemudian dilakukan Edy Rahmayadi, katanya Sang Jenderal kemudian meminta izin langsung ke FIFA untuk mendapat izin menggunakan lima pergantian dalam setiap pertandingan.
Jadilah, kompetisi Liga 1/2017 sebagai kompetisi resmi pertama yang menggunakan lima pergantian pemain dalam satu pertandingan dengan kewajiban setiap tim memainkan minimal tiga pemain U-22 dalam tempo 45 menit.
18 klub peserta kemudian menerima regulasi 'aneh' tersebut dan mulai melakoni pertandingan demi pertandingan. Di pertengahan kompetisi sebuah gebrakan baru kembali dilakukan, regulasi kewajiban memainkan pemain U-22 ditangguhkan. Alasnnya, ada perhelatan SEA Games 2017 dan pemain-pemain U-22 yang berada di klub-klub Liga 1/2017 harus mengemban tugas negara, yaitu menyabet medali emas. Regulasi 'aneh' akan kembali diberlakukan usai SEA Games 2017.
SEA Games 2017 Timnas Indonesia hanya pulang dengan membawa medali perunggu. Apa yang diidamkan-idamkan, yaitu emas cabang sepak bola gagal terlaksana. Regulasi 'aneh' ternyata gagal berbuah medali emas. Padahal tujuan awal diberlakukannya regulasi kewajiban memainkan pemain U-22 adalah untuk mencari pemain muda terbaik untuk bisa membela Merah Putih. Apa mau dikata, perjuangan anak-anak muda Indonesia harus berakhir dengan medali perunggu.
Usai SEA Games 2017 seperti yang sudah disampaikan PSSI, seharusnya penangguhan regulasi terkait pemain U-22 dicabut kembali dan semua tim kembali wajib memainkan pemain mudanya. Tapi kemudian apa yang terjadi, induk organisasi sepak bola tanah air itu kembali menunjukkan kalau mereka masih sangat tegas memegang prinsip inkonsistensi dalam berorganisasi. Hasil, regulasi pemain muda dicabut hingga akhir kompetisi.
Selamat melanjutkan kompetisi bagi tim-tim peserta Liga 1/2017, mudah-mudahan setiap klub peserta bisa tetap konsisten mengikuti gaya inkonsistensi yang ditunjukkan PSSI di bawah komando siapapun.
Artikel Tag: Berita Sepak Bola Nasional, timnas Indonesia, PSSI, Liga 1
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/bola/analisa-regulasi-pemain-u-23-dihilangkan-bukti-pssi-tetap-konsisten-dengan-inkonsistensinya
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini