Sekelumit Kisah dan Sejarah Bulutangkis Indonesia
Walaupun sampai sekarang masih menjadi perdebatan, negara mana yang menjadi penemu bulutangkis atau badminton pertama kali, namun permainan satu ini sudah menjadi salah satu game terkenal dengan turnamen bergengsi tingkat internasional.
Akan tetapi, banyak pihak yang memperkirakan, sebelum Mesir dan India memulainya, permainan yang menggunakan kok atau shuttlecock dan raket ini sudah dimainkan sejak ribuan tahun lalu di Tiongkok dengan nama Jianzi. Permainannya tidak sama seperti sekarang ini, melainkan menggunakan bola dengan tanpa raket dan caranya adalah menjaga bola agar tidak jatuh ke tanah selama mungkin tanpa harus menggunakan tangan.
Badminton mulai muncul di Inggris sejak zaman pertengahan dan disebut dengan nama Battledores atau tongkat/dayung. Permainan ini rata-rata dimainkan oleh para bangsawan di kawasan Gloucester-shire, sekitar 200 kilometer dari barat London. Dari permainan khusus bangsawan, akhirnya bulu tangkis juga dapat dimainkan oleh rakyat jelata dan nama Battledores pun lama kelamaan berganti menjadi badminton.
Masuknya permainan bulutangkis ini ke tanah air diawali pada masa penjajahan. Setelah kemerdekaan, bulutangkis semakin populer dan berkembang. Sayangnya, walaupun dikatakan sudah merdeka, tapi cukup sulit untuk mempertemukan para tokoh bulutangkis tanah air dalam satu kongres. Oleh karenanya, pada tanggal 20 Januari 1947, dibentuklah organisasi bulutangkis yang dinamakan Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) dengan kantor pusat di Yogyakarta. Ketua pertama PORI adalah Tri Tjondokusumo.
Pada tahun 1949, setelah diselenggarakannya Pekan olahraga Nasional I di Solo pada tahun 1948, terjadi satu pertemuan khusus para tokoh bulutangkis Indonesia, antara lain Drs Dick Sudirman, Liem Soei Liong, E. Sumantri, Ramli Rakin, Ang Bok Sun, dan Khow Dji Hoe. Dari pertemuan tersebut, pada tanggal 5 Mei 1951 dibentuklah Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) di Bandung yang didaftarkan secara resmi ke International Badminton Federation (IBF) pada tahun 1953.
Walaupun banyak pebulutangkis yang terkenal, setidaknya Indonesia memiliki 5 legenda badminton yang namanya tidak hanya dikenal di kalangan masyarakat tanah air saja, melainkan juga di tingkat internasional, antara lain:
Rudy Hartono Kurniawan
Pebulutangkis satu ini memiliki rekor 8 kali juara All England, juara Thomas Cup dan Badminton World Cup serta pernah menerima Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama atas dedikasinya di bidang bulutangkis dan mengharumkan nama Ibu Pertiwi.
Liem Swie King
Liem Swie King dianggap sebagai penerus generasi Rudy Hartono dengan prestasi 3 kali gelar juara All England dan 4 kali menjadi runner-up di kejuaraan yang sama. Dia memiliki ciri khas yaitu pukulan smash-nya yang sangat keras, sehingga dia dijuluki dengan nama King Smash.
Alan Budikusuma
Walaupun namanya tidak setenarRudy Hartono atau juga Swie King, namunAlan Budikusuma lah yang pertama kali membuat nama Indonesia harum di kancah Olimpiade yang dihelat pada tahun 1992 di Barcelona, dengan mengantongi medali emas.
Haryanto Abi
Haryanto Abi dapat dikatakan seorang pebulutangkis Tanah Air dengan gelar komplet, yaitu menjadi juara All England pada tahun 1998 dan 1994, juara Thomas Cup (1994,1996, 1998 dan 2000), juara dunia di tahun 1994 dan 1995, serta beberapa gelar turnamen lainnya. Seperti Swie King, pukulan smash Arbi sangat keras dan terarah, sehingga dia mendapatkan julukan Smash 100 watt.
Taufik Hidayat
Pebulutangkis kelahiran tahun 1981 ini mampu merebut emas di Olimpiade Athena 2004, menjadi juara dunia di tahun yang sama, serta menjadi juara Indonesia Open sebanyak 4 kali menjadinya sebagai pebulutangkis handal.
Selain pebulutangkis pria, Indonesia juga memiliki pebulutangkis wanita yang tak kalah hebat dengan segudang prestasi menterang, seperti Minarni Soedaryanto, Verawaty Wiharjo, Ivanna Lie Ing Hoa, Lucia Francisca Susi Susanti dan Mia Audina Tjiptawan.
Sayangnya, di tahun 2000an, era keemasan bulutangkis nasional surut dan mengalami kemunduran. Para pebulutangkis Indonesia jarang sekali membawa pulang gelar juara, bahkan di ajang Piala Sudirman 2015 yang dihelat di Dongguan, Cina, beberapa bulan lalu, Indonesia juga harus pulang tanpa prestasi.
Walaupun begitu, pihak PBSI terus mengupayakan untuk mendidik dan mencari bibit-bibit muda tanah air yang dapat kembali membawa nama harum negeri.
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/badminton/sekelumit-kisah-dan-sejarah-bulutangkis-indonesia
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar disini