Vladimir Putin Kecam IOC atas "Diskriminasi Etnis" Terhadap Atlet Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Komite Olimpiade Internasional (IOC) melakukan "diskriminasi etnis" terhadap para atlet dari negaranya dan menggunakan Olimpiade sebagai "alat tekanan politik".
Komentar Vladimir Putin tersebut disampaikan dalam sebuah pidato yang disampaikan pada forum "Rusia adalah Kekuatan Olahraga" di Perm pada Kamis (19/10) seperti yang dilaporkan oleh kantor berita resmi pemerintah Rusia, TASS.
Atlet-atlet Rusia dan Belarusia sebagian besar telah dibekukan dari dunia olahraga internasional menyusul rekomendasi dari IOC sebagai tanggapan atas perang di Ukraina.
Sejak saat itu, sikap tersebut telah dilonggarkan dengan IOC menyarankan organisasi-organisasi olahraga untuk mengizinkan mereka berkompetisi sebagai atlet netral dengan syarat tidak mendukung perang dan tidak berafiliasi dengan militer.
Di bawah ketentuan IOC, bendera dan lagu kebangsaan kedua negara tetap dilarang, sementara tim Rusia dan Belarusia terus dilarang dari kompetisi internasional.
Mayoritas federasi internasional telah mematuhi rekomendasi tersebut, yang menyebabkan atlet dari Rusia dan Belarusia berpartisipasi sebagai pihak netral di berbagai kejuaraan dunia.
Namun, IOC belum mengambil keputusan mengenai partisipasi Rusia dan Belarusia di Paris 2024.
Presiden IOC Thomas Bach mengklaim bahwa posisi organisasinya mendapatkan dukungan yang semakin besar, namun Putin berpendapat bahwa kondisi tersebut diskriminatif.
"Olimpiade itu sendiri dapat digunakan sebagai alat tekanan politik terhadap orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan politik, sebagai diskriminasi etnis yang kasar dan sebenarnya rasis," kata Vladimir Putin dalam sebuah laporan oleh TASS.
"Berkat beberapa pemimpin Komite Olimpiade Internasional modern, kami belajar bahwa undangan ke Olimpiade bukanlah hak tanpa syarat bagi atlet terbaik, tetapi semacam 'hak istimewa', dan itu dapat diperoleh bukan dari hasil olahraga, tetapi dengan semacam gerakan politik yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan olahraga, dan bahwa Olimpiade itu sendiri dapat digunakan sebagai alat tekanan politik terhadap orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan politik.”
Vladimir Putin telah menginstruksikan penyelenggaraan BRICS Games yang dipandang sebagai saingan potensial bagi Olimpiade. BRICS adalah aliansi politik yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.
Ajang multi-olahraga yang kontroversial ini akan berlangsung pada tanggal 12 hingga 23 Juni tahun depan di Kazan, lebih dari satu bulan sebelum dimulainya Olimpiade di Paris pada tanggal 26 Juli.
Rusia menekankan bahwa BRICS Games bukanlah sebuah alternatif dari Olimpiade dan Vladimir Putin menegaskan bahwa negaranya tetap berkomitmen pada prinsip-prinsip Olimpiade.
"Keluarga besar olahraga multinasional kita sedang diuji untuk kohesi, kesetiaan pada nilai-nilai olahraga yang sebenarnya, prinsip-prinsip Olimpiade tentang solidaritas, kesetaraan, kompetisi olahraga yang adil," kata Putin. "Semua itu selalu dan tetap tak tergoyahkan bagi Rusia."
IOC menolak semua klaim tersebut dan mengatakan bahwa partisipasi di Olimpiade bukanlah "hak asasi manusia".
"Syarat ketat yang ditetapkan IOC dalam rekomendasinya kepada federasi-federasi Internasional untuk partisipasi individu atlet netral dengan paspor Rusia atau Belarusia dalam kompetisi internasional telah sesuai dengan Piagam Olimpiade,” kata IOC dalam pernyataannya.
“Rekomendasi itu merupakan reaksi atas pelanggaran Piagam Olimpiade oleh pemerintah Rusia dan Belarusia,” tambahnya. “Kami dengan tegas menolak tuduhan yang mengatakan bahwa tindakan ini merupakan 'diskriminasi etnis'."
Artikel Tag: Vladimir Putin