Kanal

Ragam Sepak Bola: 5 Pemain Paling Setia Sepanjang Sejarah AC Milan dan Inter Milan

Penulis: Aji Wibowo
28 Des 2016, 16:30 WIB

5 Pemain Paling Setia Sepanjang Sejarah AC Milan dan Inter Milan (oleh Dwi Prima)

Ligaolahraga - Ragam Sepak Bola: Sulit untuk menemukan pemain yang setia pada satu klub, apalagi pada klub-klub besar seperti AC Milan dan Inter Milan yang punya standar penampilan yang tinggi. Berikut kami pilihkan 5 Pemain Paling Setia Sepanjang Sejarah AC Milan dan Inter Milan.

AC Milan dan Inter Milan terkenal karena kebiasaannya mendatangkan para pemain bintang. Tuntutan untuk selalu berprestasi tinggi dan meraih trofi setiap musim membuat mereka selalu memperbaharui skuat dengan para pemain baru, meski untuk mendatangkannya harus mengeluarkan dana yang besar.

Kedatangan para pemain baru membuat persaingan untuk mendapatkan tempat utama pun berlangsung sengit. Meski mencintai klub dan ingin setia, namun kenyataan bahwa si pemain kehilangan tempat di starting XI membuat dia pergi. Hal lain yang membuat pemain tidak lagi setia karena tawaran menggiurkan dari klub-klub raksasa lain di Eropa.

Jadi, ada segelintir pemain yang tetap setia di klub sebesar AC Milan dan Inter Milan menandakan bahwa mereka hebat dalam kemampuan sepak bola dan hebat dalam urusan loyalitas, tegas menolak tawaran besar dari klub lain. Salut.

1. Franco Baresi


Pemain terhebat yang pernah dimiliki AC Milan? Bisa jadi. AC Milan bahkan mengakuinya sebagai Pemain Terbaik Milan Abad Ini pada 1999. Milan juga memensiunkan seragam no.6 milik Baresi sebagai penghormatan atas kesetiaannya bersama Il Diavolo Rosso.

Baresi mengabdi selama 20 tahun bersama Milan, terhitung sejak debut berumur 17 tahun (23 April 1978) hingga pensiun umur 37 tahun. Dengan 15 tahun di antaranya menjadi kapten Milan, sejak dia berumur 22 tahun. Dianggap sebagai salah satu bek terbaik sepanjang masa, mengombinasikan kekuatan sekaligus gaya bertahan yang elegan, skill yang lengkap dengan umpan jarak jauh yang sensasional, dan kepemimpinan yang luar biasa. Dari dia kebanyakan serangan Milan dimulai.

Baresi mengoleksi 18 gelar bergengsi bersama AC Milan. Jadi semua gelar domestik dan internasional pernah diraihnya, Kecuali Coppa Italia. Penghargaan individual pun banyak dia dapatkan, salah satunya adalah pemain terbaik abad ini Serie A Liga Italia versi Asosiasi Pesepak bola Italia (AIC) pada tahun 2000.

2. Paolo Maldini


Sama halnya dengan Baresi, Maldini adalah produk pembinaan pemain muda Milan. Kelak, Maldini hanya membela satu klub selama karier sepak bolanya yang membentang sepanjang 24 tahun. Dari debut usia 16 tahun (20 Januari 1985) hingga pertandingan terakhir umur 41 tahun (31 Mei 2009), hanya AC Milan klubnya.

Pada saat Maldini berpartner dengan Baresi di jantung pertahanan Milan sebagai duet bek tengah, keduanya tampil bareng sebanyak 196 kali dan hebatnya lagi, hanya kebobolan 23 gol! Tak selalu sebagai partner di sentral pertahanan, keduanya adalah bagian dari blok pertahanan legendaris Milan bersama Alessandro Costacurta dan Mauro Tassotti (dilanjutkan Christian Panucci) sejak 1984 hingga 1997.

Anak dari Cesare Maldini ini aslinya seorang bek kiri, namun kecakapannya membaca permainan membuatnya beradaptasi sama hebatnya ketika ditempatkan di sentral pertahanan. Maldini juga memiliki jiwa kepemimpinan yang sama hebatnya dengan Baresi sehingga mewarisi ban kapten Milan dan timnas Italia ketika Baresi pensiun.

Sebagai kapten, Maldini memimpin Milan meraih trofi demi trofi bergengsi. Secara total, bocah lokal Milan ini mengumpulkan 26 trofi bersama Rossoneri. Maldini yang setia itu pun memegang banyak rekor bersama Milan, di antaranya sebagai terbanyak tampil untuk Milan di semua kompetisi (902 laga). Milan pun memensiunkan no.3 miliknya.

3. Giuseppe Bergomi

Bergomi tak hanya sebagai pemain legendaris bagi Inter Milan, tapi juga kapten legendaris bagi La Beneamata. Fans Inter menyebutnya 'Il Capitano' karena kepemimpinannya di Tim Biru-Hitam selama bertahun-tahun. Seluruh kariernya hanya untuk Inter Milan, sejak remaja usia 16 tahun hingga pensiun pada umur 36 tahun pada 1999. Bergomi pun masuk ke kalangan elit para pesepakbola yang selama dua dekade membela hanya satu klub.

Sayangnya, Bergomi bersama Inter Milan pada masa-masa paceklik gelar karena dominasi AC Milan. Namun tetap saja beberapa gelar bergengsi berhasil diraihnya seperti Scudetto (1989), Coppa Italia (1982), Piala Super Italia (1989), dan tiga Piala UEFA (1991, 1994, 1998). Piala UEFA sekarang berubah nama menjadi Liga Europa. Prestasi besar justru direngkuhnya bersama Timnas Italia, ketika pada umur 18 tahun dia ikut tampil di semifinal dan final Piala Dunia 1982 dan berujung gelar juara dunia.

Dengan gaya bermain yang mengandalkan tekel keras, marking yang super ketat, pemain berjuluk 'Lo Zio' ini menjadi pilihan inti setiap pelatih yang membesut Inter Milan. Berkat penampilan regulernya dari musim ke musim, Bergomi sempat memegang beberapa rekor seperti penampilan terbanyak untuk Inter Milan di semua ajang (756 laga) sebelum dipecahkan Javier Zanetti, lalu jadi pemain dengan penampilan terbanyak di Derby della Madonnina atau Derby Milan yang lantas dipecahkan oleh Paolo Maldini.

4. Giacinto Facchetti


Jika Milan memensiunkan nomor punggung 6 dan 3, maka Inter Milan juga mengabadikan no.3 sebagai nomor yang tidak bolah lagi bertuan, selain Giacinto Facchetti. Sosok yang telah mewarnai kebesaran Inter Milan baik sebagai pemain maupun jabatan lain seperti direktur tehnik, duta besar klub, dan presiden klub.

Seperti pemain hebat lainnya, Facchetti dianugerahi kecakapan skill yang mumpuni ditambah karakter mental yang hebat. Facchetti menjadi bagian dari 'Grande Inter' yang mendominasi Italia, Eropa dan dunia pada 1960an. Pelatih legendaris Helenio Herrera menempatkannya sebagai full-back yang ditempatkan di sisi kiri pertahanan Inter Milan. Oleh Herrera, Facchetti diberi keleluasaan dalam sistem Catenaccio milik Inter Milan. Pada tahun 1960an, kebanyakan pemain belakang hanya melakukan satu pekerjaan, bertahan, tapi tidak dengan Facchetti. Dia menjadi pelopor bek modern yang komplit, tak hanya tangguh dalam bertahan tetapi cakap dalam membantu serangan.

Pada 1963, Fachetti punya peran menonjol dalam membawa Scudetto pertama Inter setelah sembilan tahun. Pada musim itu, dia mencetak empat gol dan membantu pertahanan Inter hanya kebobolan 20 gol dari 34 laga. Selama berpuluh tahun menjalani karier sebagai bek, Facchetti mencetak 75 gol dalam 629 pertandingan untuk Inter Milan. Dia adalah jantung permainan Inter yang meraih empat Scudetti, pemimpin di dalam dan luar lapangan baik untuk Inter dan tim nasional Italia. Facchetti berperan besar saat Inter dua kali juara Piala Eropa (sekarang Liga Champions) yakni pada musim 1963-64 dan 1964-65, runner up pada 1966-67 dan 1971-72. Facchetti juga yang menjabat kapten timnas Italia saat juara Piala Eropa 1968.

Gaya bermainnya telah menjadi inspirasi bagi para defender Italia generasi selanjutnya, termasuk bagi Paolo Maldini. Facchetti juga menjadi salah satu dari sedikit para bek yang bisa masuk nominasi tiga besar Ballon d'Or. Dia menjadi runner up pada 1965, di bawah Eusebio.

5. Sandro Mazzola

Pemain besar yang lahir dari pemain besar, dengan keduanya identik sebagai bagian dari tim hebat pada masanya. Ya, Sandro Mazzola adalah pemain besar dari skuat La Grande Inter merupakan anak dari legenda Italia Valentino Mazzola yang adalah ikon dari La Grande Torino.

Bersama Giacinto Facchetti, Mazzola memang merupakan tulang punggung dari La Grande Inter. Figur dominan yang membawa Inter Milan meraih juara Piala Eropa (sekarang Liga Champions) pada 1964 dan 1965. Lantas juga menambahnya dengan empat Scudetti (juara Liga Italia Serie A) dan dua Piala Intercontinental (sekarang Piala Dunia Antarklub) selama 17 tahun saling setia bersama Inter. Dia melengkapinya dengan raihan hebat bersama Timnas Italia, dengan menjadi juara Piala Eropa 1968 dan menjadi finalis Piala Dunia 1970, kalah dari Brasil.

Mazzola dengan kesetiaan dan terutama karena kehebatannya di lapangan hijau membuatnya menjadi megabintang sepak bola pada zamannya dan kelak menjadi salah satu legenda terbesar yang pernah dimiliki Inter Milan dan Timnas Italia. Kecepatan, kreativitas, ketinggian tehnik dan naluri golnya membuat Mazzola sudah sangat dekat dengan gelar penghargaan pemain terbaik dunia Ballon d'Or dengan menjadi runner up pada 1971, hanya kalah dari Johan Cruyff.

Artikel Tag: AC Milan, Inter Milan, Italia, Serie A, Liga Italia, Franco Baresi, Paolo Maldini, Giuseppe Bergomi, Giacinto Facchetti, Sandro Mazzola, Internazionale, Timnas Italia

Berita Terkait

Berita Terpopuler Minggu Ini

Berita Terbaru