Ragam Liga Inggris: Tidak Tajam di Depan Gawang, Jadi Alasan Middlesbrough Terdegradasi
Ligaolahraga – Ragam Liga Inggris: Middlesbrough terdegradasi dari Premier League setelah menelan kekalahan 3-0 dari Chelsea. Lalu apa yang salah dari mereka di musim ini ? Statistik berbicara bahwa tidak tajamnya mereka di depan gawang menjadi penyebab utama mereka terdegradasi.
Meskipun mengalami kekalahan telak dari Chelsea, tapi The Teessiders masih menjadi tim yang kebobolan lebih sedikit gol dari delapan tim di atas mereka dan mempertahankan jumlah clean sheet yang sama seperti Arsenal dan Manchester City di musim pertama mereka di Premier League. Tapi perjuangan mereka berada di ujung lain yang akhirnya terbukti menjadi masalah.
Mereka menjadi tim yang terdegradasi dengan paling sedikit gol terdegradasi dalam sejarah, setelah hanya membuat 26 gol dalam 36 pertandingan. Ini adalah jumlah yang lebih rendah dari klub yang juga terdegradasi yaitu Sunderland.
Middlesbrough secara luas diperkirakan akan bertahan di Premier League pada awal musim ini, namun tanda peringatan telah diperlihatkan sejak musim lalu. Mereka meraih status promosi otomatis ke Premier League tanpa satu pemain pun membuat jumlah gol ganda. David Nugent yag menjadi pencetak gol terbanyak hanya mampu membuat delapan gol dari 38 penampilan.
Mereka berharap perekrutan Alvaro Negredo dari Valencia akan mengubah nasib mereka. Namun, pemain asala Spanyol itu yang mencetak gol pada debutnya di bulan Agustus, hanya berhasil membuat delapan gol dalam 33 pertandingan sejak saat itu.
Keterpurukan Middlesbrough dalam membuat gol dikabarkan karena taktik Aitor Karanka yang terlalu berhati-hati. Bahkan di paruh pertama musim ini, Karanka enggan menggunakan opsi back-upnya. Christian Stuani tetap berada di sisi belakang, sementara Jordan Rhodes dan Nugent gagal mencetak gol dalam 10 penampilan di Premier League sebelum mereka dikirim keluar ke Sheffield Wednesday dan Derby County.
Keberangkatan mereka, membuka ruang Boro untuk belanja di bulan Januari, dengan merekrut Patrick Bamford dari Chelsea dalam sebuah kesepakatan senila 10 juta poundsterling dan Rudy Gestede dari Aston Villa seharga 6 juta poundsterling. Biaya besar yang diharapan dapat membawa pengaruh besar, tapi keduanya tidak bernasib lebih baik daripada pemain yang mereka gantikan.
Satu-satunya gol Gestede dalam 15 penampilan, terjadi dalam kekalahan 3-1 dari Manchester United, sementara Bamford hanya bermain 101 menit di Premier League selama lima bulan terakhir. Dia belum menjadi starter atau bahkan memiliki tembakan yang tepat sasaran. “Dia perlu belajar, dia perlu memperbaiki diri,” kata Karanka sebelum dipecat. Rupanya, mengganti Karanka yaitu Steve Agnew juga merasakan hal yang sama.
Baru-baru ini, eks striker Middlesbrough John Hendrie juga menyalahkan Karanka sebagai penyebab utama mantan timnya terdegradasi.
Dia mengatakan: “Sebelum Karanka pergi mereka sangat-sangat negatif. Sangat berhati-hati, hanya membuat 26 gol. Ini terlihat jelas, kemampuan kreatif dan kemampuan mencetak gol belum ada.”
“Mereka pergi ke pertandingan dengan harapan tidak akan kalah daripada mencoba untuk menang. Mereka memenangkan empat pertandingan di bawah pimpinan Karanka, semuanya melawan tim di empat terbawah.”
“Tapi tim-tim yang juga berjuang (melawan degradasi) mengambil tindakan sebelumnya dan itu berhasil. Boro sudah terlambat menurut pendapat saya.”
Faktanya, semua investasi yang mereka lalukan dipertengahan musim, membuat Middlesbrough menjadi semakin tidak produktif di paruh kedua musim, dengan hanya mencetak sembilan gol dalam 17 pertandingan dibandingkan dengan paruh pertama musim ketika mereka mambuat 17 gol di 19 laga sebelum Januari. Kemenangan atas Sunderland dan imbang melawan Manchester City bulan lalu menjadi salah satu laga yang mampu membuat mereka membuat gol.
Kekalahan di Stamford Bridge adalah pertandingan ke 11 yang membuat Middlesbrough gagal mencetak gol sejak pergantian tahun. Pemecatan Karanka mengambil bagian besar dari kesalahan mereka karena pelatih asal Spanyol itu membuat timnya menjadi sangat negatif.
Boro berada di peringkat ke 10 dalam rata-rata penguasaan bola, namun mereka jarang menggunakan bola secara efektif di daerah lini serang. Statistik menunjukkan bahwa mereka berada di peringkat terbawah untuk membuat peluang dan selalu gagal dalam membuat serangan di sepertiga akhir pertahanan lawan. Bahkan Sunderland berhasil menunjukkan penetrasi yang lebih baik.
Melupakan permainan negativ mereka, kurangnya para pemain Boro dalam menemukan kreativitas tidak diragukan lagi memiliki efek kepada para striker Middlesbrough, faktanya finishing telah menjadi isu utama bagi mereka. Kesempatan mencetak gol mungkin jarang terjadi, namun tingkat konversi tembakan mereka hanya sebesar 11 persen , angka terendah kedua di Premier League. Hanya Southampton yang lebih buruk.
Pada akhirnya, tidak tajamnya lini depan mereka telah menjadi satu masalah besar. Pertarungan Middlesbrough untuk bertahan hidup di Premier League kini telah berakhir, mereka harus puas untuk kembali ke Championship pada musim depan. Kegagal mereka dalam membuat banyak gol dapat menjadi pembelajaran bagi siapapun pelatih yang ditunjuk untuk menangai tim pada musim depan.
Semua sekarang sudah terlabat bagi Middlesbrough, mereka harus segera mempersiapkan diri kembali untuk bermain di Championship setelah musim mereka di Premier League berakhir. Mereka masih menyisahkan dua pertandingan di kasta tertinggi sepak bola Inggris, ketika menjamu Southampton di Stadion Riverside pada akhir pekan ini dan bertandang ke Anfield untuk melawan Liverpool, seminggu kemudian.
Artikel Tag: premier league 2017, Middlesbrough, Ragam Liga Inggris