Kanal

Rafael Nadal Miliki Mentalitas Terkuat, Ungkap Juara Wimbledon Junior

Penulis: Dian Megane
12 Des 2018, 17:43 WIB

Rafael Nadal

Sudah lima tahun setengah bahwa Gianluigi Quinzi menuliskan babak penting bagi sejarah tenis Italia, dengan memenangkan gelar Wimbleedon kategori junior setelah mengalahkan Hyeon Chung.

Banyak hal terjadi sejak itu. Karier Quinzi berlangsung naik turun, sementara Chung musim ini melenggang ke semifinal Australian Open musim ini, termasuk mengalahkan Novak Djokovic.

Quinzi tidak menyesali kemenangannya di Wimbledon tersebut dan dalam wawancara bersama Tennis World USA, petenis berusia 22 tahun, Quinzi mengungkapkan, “Saya merasakan emosi yang membuncah karena saya ingin memenangkan Grand Slam pada tahun itu.”

“Setelah pekan pertama, saya mengatakan kepada diri saya sendiri bahwa saya mampu mengalahkan siapapun. Dan pada akhirnya, semua hal itu terjadi. Bagaimana mungkin saya menyesali sesuatu seperti itu.”

Harapan di Italia sangat tinggi setelah terakhir kali petenis mereka berada di peringkat 10 besar 40 tahun lalu, yakni Corrado Barazzutti yang menghuni peringkat 7 dunia.

Dan Quinzi mengakui kesalahan pertamanya. Ia telah berganti pelatih setidaknya sebanyak lima, enam kali, yang meningkatkan banyak kritikan.

“Saya tidak peduli tentang apa yang orang lain katakan. Jika kita hanya melihat kometar buruk, maka anda tidak bisa bermain tenis lagi. Saya mungkin telah melakukan kesalahan, tetapi saya merasa saya harus melakukannya. Saya muncul di semua stasiun televisi Italia dan saya tidak mengatasi tekanan baik, begitu pun di turnamen yang saya lakoni,” papar Quinzi.

Quinzi sendiri memiliki harapan tinggi. Saat itu, ia mengatakan bahwa ia ingin menghadapi Rafael Nadal dan memenangkan US Open. Kenyataannya, ia bahkan tidak bermain di undian utama Grand Slam, tetapi ia berharap ia bisa melakukannya dengan peringkat yang cukup tinggi untuk bisa tampil di Grand Slam.

“Pada musim 2019, saya ingin menembus peringkat 100 besar. Saya memiliki musim yang luar biasa dalam hal peringkat, tetapi saya memiliki sejumlah penyesalan karena saya tidak menggunakan keuntungan bahwa saya cukup konsisten di akhir musim,” lanjut Quinzi yang memenangkan dua ajang Challenger dan dua ajang Futures.

Quinzi sempat berlatih sebanyak dua kali dengan Nadal di French Open dan ia memuji bintang tenis Spanyol tersebut.

“Yang pasti, mentalitasnya melebihi batas normal dibandingkan petenis lainnya. Bahkan jika ia bermain dengan buruk dan tidak bisa bermain lagi, pada akhirnya, ia tetap memasuki lapangan dan anda lihat ia bisa melakukannya. Ia memiliki mentalitas terkuat di dunia.”

Artikel Tag: Tenis, Gianluigi Quinzi, Rafael Nadal

Berita Terkait

Berita Terpopuler Minggu Ini

Berita Terbaru