Monica Puig Buka-Bukaan Tentang Pertarungan Dengan Hal Ini
Berita Tenis: Musim panas tahun ini akan menandai empat tahun pencapaian terbesar Monica Puig dalam karier profesionalnya sebagai petenis, tetapi setelah itu ia harus membayar mahal.
Di Olimpide tahun 2016 yang digelar di Rio de Janeiro, petenis berkebangsaan Puerto Rico, Puig merupakan petenis non unggulan yang kurang diprediksi untuk menjadi juara. Tetapi, ia mematahkan pendapat tersebut dengan mengklaim kemenangan atas Garbine Muguruza, Petra Kvitova, dan Angelique Kerber dalam perjalanannya memenangkan medali emas Olimpiade tahun 2016.
Prestasi tersebut membuatnya berada dalam sorotan banyak pihak dan menjadikan dirinya sebagai pahlawan nasional di negaranya. Puig menjadi atlet Puerto Rico pertama yang pernah memenangkan medali emas Olimpiade.
“Ketika saya merasa baik-baik saja, saya tidak gentar untuk berkompetisi melawan siapapun. Anda menempatkan Serena Williams di depan, saya akan menghormatinya, tetapi saya menghargai diri saya sendiri dan saya tahu saya bisa mengalahkannya. Pada pekan itu, saya percaya bahwa di setiap pertandingan saya memiliki peluang untuk menang,” ungkap Puig kepada surat kabar La Nacion tentang perjalanannya di Olimpiade tahun 2016.
Sayangnya, kesuksesan tersebut harus dibayar mahal oleh Puig yang saat ini berusia 26 tahun. Ia belum memenangkan satu turnamen pun sejak tampil di final terakhirnya pada musim 2017 di Luksemburg. Meski begitu, ia masih bisa mempertahankan posisinya di peringkat 100 besar, tetapi sekarang ia berada dalam bahaya keluar dari peringkat tersebut setelah ia saat ini berada di peringkat 87 dunia.
Dengan sejumlah pertanyaan mencuat tentang ketidakmampuannya memanfaatkan kesuksesan dari tahun 2016, Puig berurusan dengan sisi negatif yang ia rahasiakan. Ia mengungkapkan bahwa ekspektasi yang berada di atas pundaknya setelah kesuksesan di Olimpade memicu perjuangannya melawan depresi.
“Tiga musim terakhir yang saya lalui begitu gelap. Saya tidak fokus. Saya terlibat dengan banyak hal dan saya menyangkal diri saya sendiri. Saya tidak memperhatikan hal-hal berharga atau hal yang membuat saya tertarik. Saya hanya membuat senang pihak lain,” ungkap Puig.
“Saya berhenti bersenang-senang dengan teman maupun keluarga. Saya selalu menelepon dan membaca komentar-komentar di media sosial, yang benar-benar saya perhatikan. Saya mungkin mendapatkan 15 pesan positif, tetapi saya hanya membaca satu komentar negatif dan itu membuat saya terpuruk.”
Puig mengatasi perjuangannya dengan bantuan orang-orang di sekitarnya, tetapi hal itu sama sekali tidak mudah. Ditanya apakah ia mendapatkan bantuan dari psikiatris, ia menjawab bahwa hal itu cukup sulit sebelum ia ‘belajar untuk mengekspresikan dirinya sendiri dengan lebih baik dan mempercayai orang-orang’.
Meski menghadapi masalah di atas maupun di luar lapangan, Puig belum berniat untuk mengakhiri kariernya. Sejauh ini, ia telah mengklaim tujuh kemenangan atas petenis peringkat 10 besar, termasuk Aryna Sabalenka pada musim lalu.
Pekan ini, Puig akan kembali berkompetisi untuk kali pertama sejak menjalani operasi siku. Turnamen pertama yang akan dilakoninya adalah Oracle Challenger Serier, turnamen WTA level 125 dan ia diunggulkan di posisi ke-11.
Artikel Tag: Tenis, olimpiade, Monica Puig