Menurut Robin Soderling, Tidak Ada Seorang Pun Yang Mengira Dirinya Bisa Taklukkan Rafael Nadal
Berita Tenis: French Open musim 2009 pada sore hari seharusnya menjadi musim semi yang tenang bagi Rafael Nadal ketika melawan Robin Soderling yang telah pensiun dari dunia tenis beberapa musim lalu.
Pada dua musim sebelumnya, kedua petenis telah menciptakan rivalitas yang dimulai dari Wimbledon.
Saat itu, Soderling harus berjuang keras untuk bertahan menghadapi servis mematikan tanpa henti Nadal, bahkan dalam beberapa kesempatan, variasi dari pukulan Nadal cukup mempermalukannya.
Namun pada musim 2009, mantan petenis peringkat 4 dunia, Soderling secara mengejutkan mampu menundukkan Nadal dan mengakhiri 31 kemenangan beruntun Nadal di French Open.
Salah satu legenda tenis putri, Martina Navratilova mendeskripsikan pertandingan tersebut sebagai salah satu kekalahan mengejutkan terhebat dalam sejarah dunia tenis.
“Orang-orang selalu mengungkit ketika saya mengalahkan Rafael Nadal di French Open 2009,” tulis Soderling kepada Behind the Racquet.
“Tentu itu perasaan yang luar biasa. Saya pikir tidak ada seorang pun mengira bahwa saya bisa memenangkan pertandingan itu. Rasanya menyulitkan, karena tepat setelah berjabat tangan, saya menyadari bahwa itu bukan final. Saya mengatakan kepada diri saya sendiri, ‘Baiklah, jangan terlalu senang, jangan terlalu santai’.”
“Saya tidak ingin menjadi petenis yang mengalahkan Rafa, tetapi kemudian kalah di final. Saya hanya ingin tetap fokus karena jika anda bahkan santai sedikit, anda bisa kalah, seperti di final Grand Slam, dengan mudah. Saat itu, saya tidak menyadari seberapa besar pencapaian saya.”
“Saya ingat ketika kembali ke ruang ganti dan mendapatkan kira-kira 350 pesan. Hal itu mulai menyadarkan saya bahwa kemenangan itu adalah hal yang besar. Saya mengapresiasi semua dukungan yang saya dapat pada hari itu, tetapi kisah yang lebih besar adalah Rafa. Kita tidak akan pernah melihat petenis lain memenangkan 12 gelar French Open lagi.”
Banyak pihak memuji permainan Soderling dan mengatakan bahwa ia kompetitor di Grand Slam serta petenis peringkat 10 besar yang stabil, meski kekuatan mental dan kurangnya konsistensi menjadi salah satu kelemahannya.
Namun, kekuatan mental Soderling berkembang dan konsistensi permainannya meningkat, salah satunya berkat kontribusi pelatihnya, yakni mantan petenis peringkat 2 dunia sekaligus finalis French Open musim 2000, Magnus Norman.
Artikel Tag: Tenis, French Open, Robin Soderling, Rafael Nadal