Ketika Rafael Nadal Diberi Tahu Tak Bisa Bermain Tenis Pada Usia 17 Tahun
Berita Tenis: Rafael Nadal mungkin adalah salah satu petenis paling sukses yang pernah ada, tetapi karier tenisnya hampir tidak akan pernah terjadi.
Sejak masih belia, sudah jelas bahwa mantan petenis berkebangsaan Spanyol merupakan bakat yang istimewa. Ia mampu mengalahkan petenis yang jauh lebih tua daripada dirinya dan itulah mengapa ia juga menjadi salah satu petenis belia paling sukses dalam sejarah dunia tenis.
Namun, karier tenisnya hampir tidak pernah pernah terjadi. Kini setelah semua itu berakhir, ia bisa merayakan kemenangan 22 gelar Grand Slam, menghuni peringkat 1 dunia selama 209 pekan, dan lebih banyak pencapaian luar biasa lain, tetapi 21 musim lalu, ia berlinang air mata, mengetahui bahwa ia mungkin sama sekali tidak bisa berkompetisi.
Di sepanjang kariernya, ia berjuang mengadapi penyakit yang disebut sindrom Mueller-Weiss, kondisi yang sangat langka di mana tulang navicular seseorang mengalami keruntuhan secara bertahap yang menyebabkan rasa nyeri yang amat sangat.
Contohnya di French Open musim 2022, ia bahkan menggunakan suntikan untuk membuat kakinya mati rasa dan tetap bisa memenangkan Grand Slam tersebut.
Kini setelah kariernya resmi ia akhiri, ia mengungkapkan beberapa momen dari kariernya dengan menjelaskan secara detail tentang bagaimana ia mengetahui kondisinya ketika ia masih berusia 17 tahun.
Awalnya, ia diberi tahu bahwa ia mungkin sama sekali tidak bisa bermain tenis secara profesional, sesuatu yang mengejutkan dirinya karena ia tidak bisa berhenti menangis selama beberapa hari.
“Saya terluka ketika saya masih berusia 17 tahun dan saya diberi tahu bahwa saya mungkin tidak akan pernah bermain tenis lagi secara profesional. Saya mengetahui bahwa banyak hal bisa berakhir dengan cepat. Itu bukan hanya retakan kecil di kaki saya, itu sebuah penyakit,” ungkap Nadal.
“Tidak ada obatnya, hanya perawatan. Sindrom Mueller-Weiss. Apa artinya itu? Anda berubah dari kebahagiaan terbesar menjadi terbangun pada keesokan paginya dalam keadaan tidak bisa berjalan.”
Beruntungnya, sang ayah, Sebastian selalu berada di sampingnya dan kata-kata sang ayah menjadi penguat bagi sang petenis belia.
“Saya menghabiskan berhari-hari di rumah dengan menangis, tetapi itu pelajaran besar dalam hal kerendahan hati dan saya merasa beruntun memiliki seorang ayah seperti dirinya yang selalu berpikir positif. Ia mengatakan, ‘Kita akan menemukan sebuah solusi, dan jika kita tidak menemukannya, ada hal lain dalam hidup ini di luar tenis’,” tambah Nadal.
“Mendengar kata-kata itu, saya hampir tidak bisa memprosesnya, tetapi saya bersyukur kepada Tuhan, setelah banyak rasa nyeri, operasi, rehabilitasi, dan tangisan, solusi ditemukan, dan untuk waktu yang lama, saya mampu menghadapinya.”
Artikel Tag: Tenis, Rafael Nadal