Ini Pengalaman Terburuk Maldini di Milan
Berita Liga Italia - Legenda hidup AC Milan, Paolo Maldini, akhirnya kembali ke klub yang telah membesarkan namanya itu. Namun kali ini tentu dia bukan lagi sebagai pemain.
Manajemen Rossoneri kini menunjuknya sebagai direktur sport. Sejak memilih pensiun pada 2009, dia kerap diperkirakan menjadi salah satu pejabat di Milan, namun baru kali ini hal itu terwujud.
Maldini memang sangat identik dengan Milan. Seluruh kariernya di habiskan bersama klub papan atas Italia ini. Sosok berusia 50 tahun ini pun mengungkapkan kenangannya pertama kali meniti karier di Milan.
Sosok yang kini menjabat sebagai direktur sport ini menuturkan kehidupannya sejak awal bergabung dengan Milan, rangkaian sukses yang diraih, juga masa akhir kariernya sebagai pemain bersama klub yang bermarkas di Milanello ini.
Ada pengalaman terbaik dan terburuk yang pernah dialaminya selama bermain untuk Milan. Pada era pelatih Carlo Ancelotti diwarnai final Liga Champions di Istanbul tahun 2005 yang sangat menyakitkan bagi kubu Milan. Milan sempat unggul 3-0 namun Liverpool kemudian berhasil menyamakan kedudukan dan menang lewat adu penalti.
“Mungkin bersama final Piala Dunia 1994 saat kami kalah adu penalti melawan Brasil, menjadi momen terburuk dalam karier saya,” ungkap Maldini.
Sepakbola memang soal mendapatkan dan kehilangan. Pada akhirnya Anda harus menerima hasilnya apalagi jika Anda sudah mengerahkan segalanya. Jika Anda lihat lagi pertandingan itu, tidaklah benar jika kami disebut kami berleha-leha setelah unggul 3-0. Kami juga memiliki banyak peluang menambah gol,” ungkapnya.
“Semangat tim bisa berubah lantaran peristiwa kecil. Jika Anda kuat dan memiliki mental, Anda bisa mengatasi situasi apapun,” paparnya.
Meski akan selamanya dikenang sebagai salah satu bek terbaik dalam sejarah sepakbola, Maldini tak pernah meraih trofi bersama Timnas Italia. Padahal dia membela negaranya dalam 126 pertandingan.
“Saya menolak masuk Timnas pada 2006 dan Italia menang. Itu sudah takdir, saya kira. Namun saya tetap menjalani masa yang indah bersama Timnas Italia,” paparnya.
“Pertandingan yang sangat ingin saya ulang bersama timnas sepertinya melawan Korea Selatan di Piala Dunia 2002. Saya biasanya tak pernah marah kepada wasit namun saat itu sangatlah tidak mungkin jika saya tak marah,” katanya.
Dalam laga yang dipimpin wasit Byron Moreno itu, Italia menyerah 1-2. Wasit dari Ekuador itu banyak mengeluarkan banyak keputusan kontroversial.
“Saya mengeluarkan seluruh hal buruk dalam diri saya dibantu bahasa Spanyol yang saya pelajari dari istri saya,” tuturnya.
Artikel Tag: Paolo Maldini, AC Milan, Serie A, liga champions, Final Liga Champions 2005, Berita Liga Italia