HS Prannoy Kritik Perubahan Format Penilaian Pertandingan Usulan BWF
Berita Badminton: Pebulutangkis tunggal putra India peringkat 11 dunia, HS Prannoy, mengkritik usulan perubahan format penilaian pertandingan yang diajukan oleh Federasi Badminton Dunia (BWF) dari 21 poin menjadi 11 poin. Menurutnya, perubahan itu tidak akan meningkatkan nilai komersial olahraga bulutangkis.
Dewan BWF mengusulkan untuk mengganti format penilaian menjadi 11 poin kali lima game, menggantikan format penilaian lama, 21 poin kali tiga game.
Selain itu, peraturan pertandingan juga dirubah dengan mengurangi jeda antar game maupun interval, mengurangi waktu pemanasan dan pengujian raket dan terakhir adalah waktu yang diberitakan kepada pelatih untuk memberikan masukan kepada pemain, maksimal hanya dua kali dalam setiap pertandingan.
"Bulutangkis adalah olahraga yang sangat cepat, dan jika anda tidak memiliki cukup waktu untuk beristirahat, anda tidak punya banyak waktu untuk bernapas dan menyeka keringat. Anda tidak bisa keluar untuk sekedar minum air, maksud saya semua peraturan ini bertentangan dengan para pemain," kata Prannoy.
"Ada hari di mana segalanya tidak sesuai dengan rencana, jadi anda membutuhkan pelatih di sisi anda karena mereka sangat mengenal anda," tambahnya.
BWF juga menyerukan untuk mengganti format penilaian menjadi 11 poin, bukan 21 yang saat ini diberlakukan.
"Saya tidak mendukung format ini karena saya tidak menemukan bahwa format 21 poin menjadi membosankan. Mungkin ini akan menjadi keuntungan bagi pemain yang tidak fit secara fisik. Saya pikir di tahun-tahun mendatang kita akan menemukan banyak pemain yang belum pernah ke 30 besar, tiba-tiba langsung melesat ke posisi 30 besar dunia. Saya tidak begitu senang dengan perubahan peraturan ini," kata Prannoy.
Sementara itu, alasan BWF untuk mengusulkan perubahan tersebut adalah untuk mengoptimalkan penyajian bulutangkis menjadi lebih tinggi, meningkatkan nilai komersial olahraga bulutangkis dan juga layanan para penonton televisi.
"Saya tidak mengerti bagaimana para penonton tenis terlihat ramah saat pertandingan berlangsung selama lima jam, di mana semuanya berjalan lambat. Padahal pertandingan bulutangkis tak lebih dari 90 menit, bahkan meskipun tidak ada pemain yang bisa melewatinya dan tidak menjadikan olahraga ini populer, ini bukan kesalahan tentang format atau permainannya," sambung Prannoy.
"Jika TV bisa menyiarkan tenis selama lima jam, mengapa mereka tidak bisa menunjukan keseluruhan partai perempatfinal juga berlangsung selama lima jam. Jadi saya tidak pernah berfikir untuk merubah fomat, apakah menjadi 11 poin ataupun 15 poin," pungkas pemain 25 tahun itu.
Artikel Tag: HS Prannoy, saina nehwal, PV Sindhu, kidambi srikanth