Dominasi faktor mesin perburuk Formula 1
Ajang balap dianggap sehat apabila tiga faktor utama yaitu chassis, mesin dan driver relatif seimbang. Dominannya faktor mesin di Formula 1 belakangan ini, membuat kondisi ajang mobil balap bergengsi itu semakin tidak sehat.
Setidaknya demikian disampaikan oleh Kepala Teknis Red Bull, Adrian Newey dalam memamparkan kegamangannya atas dominasi faktor mesin di F1 saat ini dan dianggapnya mulai sakit.
Red Bull mengalami gangguan serius bahkan terburuk dalam tujuh tahun terakhir pada 2015 saat power unit Renault tak bisa masuk laga karena kalah bersaing dengan Mercedes dan Ferrari.
Regulasi teknis F1 yang baru menonjolkan mesin Mercedes di garda depan yang sudah menguasai ajang balap itu sejak musim 2014 karena power unit yang dimiliki pabrikan Jerman itu terbilang sebagai yang terbaik.
Menurut Newey, kesenjangan rasio dari ketiga faktor itu menjadikan Formula Satu semakin tidak sehat sebagai olahraga dan hiburan.
"Saat ini mesin terlalu mendominasi, dan itu tidaklah sehat. Jika olahraga itu sendiri sudah tak sehat, apa gunanya kemenangan?," tuturnya.
Perjuangan Red Bull belum lama berselang cukup membuahkan hasil di F1 yakni 4 gelar kejuaraan pebalap dan empat gelar konstruktor antara 2010 dan 2013.
Meski begitu, Newey percaya bahwa keberuntungan yang dinikmati Mercedes saaat ini jauh melampaui apa yang pernah dicapai Red Bull dan keadaannya pun berbeda pula.
"Meskipun kami berhasil memenangkan empat gelar pada 2010 dan 2012, pertarungan justru makin menurun di akhir balapan," kata Newey.
Soal desain aerodinamis dan chassis, tambahnya, termasuk faktor yang terbuka dan bisa ditiru siapa saja. Lain halnya dengan mesin, untuk mengejar teknologi yang sama, pihak kompetitor harus merogok kocek yang cukup tebal untuk investasi.
Ia mencontohkan Ferrari yang melakukan peningkatan signifikan dari 2014 ke 2015, tapi biayanya mahal dan "ambil orang-orang dari Mercedes."
Artikel Tag: formula satu, f1, Red Bull, adrian newey, Mercedes, Ferrari