Berita Olahraga: Selepas Pensiun Dari Trek, Mo Farah Ingin Jajal Maraton Jalan Raya
Ligaolahraga – Berita Olahraga: Selepas pensiun dari trek atletik tahun depan, Mo Farah ingin memuaskan rasa penasarannya dalam maraton. Tapi juara Olimpiade asal Inggris itu tahu akan dibutuhkan waktu untuk menguasai ketrampilan berlari di jalan raya.
Farah memang berencana mundur dari lomba di lintasan atletik setelah kejuaraan dunia di London tahun depan. Dua kali sukses mempertahankan emas Olimpiade nomor lari 5.000 dan 10.000 meter, plus lima gelar juara dunia, menjadikan Farah sebagai salah satu pelari jarak jauh terhebat sepanjang masa.
Namun, Farah masih terbilang ‘hijau’ di maraton jalan raya. Dia hanya mencatat waktu 2 jam, delapan menit dan 21 detik dalam satu-satunya lomba yang pernah diikutinya di London pada 2014. “Okelah, tapi tidak hebat. Untuk bisa berada di antara yang lain, saya harus berlari jauh lebih cepat daripada itu,” katanya.
Catatan waktunya itu masih kalah dari rekor Inggris yang dibuat Steve Jones pada 1985 (2 jam, tujuh menit dan 13 detik) ataupun rekor dunia yang diciptakan oleh Dennis Kimetto (2 jam, dua menit dan 57 detik). Bahkan bila dibandingkan dengan catatan waktu para pelari Afrika di berbagai lomba maraton besar.
“Saya memang punya banyak rencana untuk berlari maraton,” ujar Farah kepada Reuters, Senin (19/12). “Target saya adalah menyelesaikan lomba di kejuaraan dunia, kemudian melihat apa yang bisa saya lakukan saat berlomba di jalan raya.”
Farah mengatakan dirinya memang masih harus mempelajari even lari seperti maraton, memahami apa yang diperlukan untuk menjadi pelari maraton. “Saya bagus dalam berlomba di lintasan atletik, namun saya butuh waktu bertahun-tahun untuk sampai di sana. Begitu pula saat berlari maraton.”
Manakala Farah, kini 33 tahun, memusatkan perhatiannya pada lari maraton, dia mungkin akan mendapati waktu 2 jam 2 menit sudah tidak lagi memadai. Bukan rahasia baru, fans atletik sudah lama membicarakan perihal tantangan untuk lari maraton di bawah waktu dua jam.
Namun tantangan itu mendapatkan sokongan baru pekan lalu saat perusahaan apparel Nike mengumumkan proyek “Breaking 2”, yang berfokus pada upaya mencapai waktu di bawah dua jam tersebut. Meski dilakukan dalam lingkungan terkontrol yang berbeda dengan format maraton jalan raya tradisional.