Tampil dalam final 100 meter terakhirnya sebelum pensiun, Bolt sepertinya sudah menunjukkan tanda-tanda akan kalah di babak final. Beberapa jam sebelumnya dia hanya menjadi peringkat kedua di babak semifinal di belakang Coleman, pelari muda AS.
Nomor final itu berjalan ketat sampai akhir dan saat hasil lomba ditampilkan di layar stadion, suasana hening penonton berganti dengan nada mencemooh dan menyangkal. Sepertinya semua orang berpura-pura Bolt yang menang. Ini jadi kekalahan pertamanya di final kompetisi besar dalam 10 tahun terakhir.
Yang menyesakkan lagi adalah, Bolt dikalahkan di lomba terakhirnya oleh pelari berusia 35 tahun yang dua kali ketahuan memakai doping. Bahkan Presiden IAAF, Sebastian Coe, menyebut kekalahan Bolt dari Gatlin bukanlah “perpisahan yang sempurna” bagi pemegang rekor 100 meter itu.
Untuk menghindari publisitas buruk lebih lanjut akibat kekalahan tak terduga Bolt ini, IAAF seperti sengaja mengeser waktu pengalungan medali 100 meter sebelum sesi malam digelar. Dari pukul 20.00 menjadi 18.50, atau 10 menit sebelum siaran internasional, dan kala sebagian penonton belum masuk ke stadion.
Ketika Bolt dipanggil untuk menerima medali perunggu, penonton berdiri dan memberikan aplaus meriah. Bolt yang akan sepenuhnya pensiun setelah nomor estafet 4x100 meter Sabtu mendatang, membalas dengan menepukkan kedua tangannya ke segala penjuru stadion yang diisi 56 ribu penonton.
Soal kekalahannya ini, delapan kali kampiun Olimpiade itu sama sekali tak merasa menyesal. “Saya sudah membuktikan kepada dunia bahwa saya salah satu atlit terhebat,” kata Bolt yang menggondol 11 emas di kejuaraan dunia sepanjang kariernya. “Saya sudah menjalankan bagian saya sebagai atlit, mengangkat olahraga ini dan menunjukkan bahwa atletik menjadi lebih baik. Saya tak bisa terlalu kecewa. Saya melakukan yang terbaik.”
Artikel Tag: Usain Bolt, justin gatlin, christian coleman, kejuaraan dunia, IAAF, Atletik