Aryna Sabalenka Berkaca Pada Pendapat Bahwa Ia Tak berbakat
Berita Tenis: Aryna Sabalenka kembali menjadi petenis peringkat 1 dunia pada musim 2024, tetapi beberapa pihak pernah mengatakan kepadanya bahwa ia tidak berbakat.
Petenis berusia 26 tahun terlibat pertarungan epik dengan Iga Swiatek demi menjadi petenis peringkat 1 dunia akhir musim untuk kali kedua secara beruntun. Petenis berkebangsaan Polandia memenangkan pertarungan tersebut pada akhir musim 2023 dengan memenangkan gelar WTA Finals.
Namun, kali ini dewi fortuna berpihak kepada juara Australian Open musim 2024. Kekalahan Swiatek dari Cori Gauff, juara WTA Finals musim 2024, memastikan bahwa ia tidak bisa dilengserkan dari posisi puncak sebelum akhir musim 2024.
Juara US Open musim 2024 mungkin kalah dari Gauff di semifinal, tetapi ia masih bisa merayakan pencapaian impresif, yaitu menjadi petenis peringkat 1 dunia akhir musim, yang trofinya diberikan sebelum WTA Finals berakhir.
Permainan yang sangat kontras antara dirinya dan Swiatek adalah bagian yang membuat rivalitas mereka begitu menarik. Meskipun kedua petenis memukul bola dengan keras dari area baseline, petenis berusia 26 sedikit lebih bertenaga, sementara petenis berkebangsaan Polandia lebih cepat di lapangan.
Hal tersebut mungkin tidak masuk akal saat ini, tetapi ketika ia pertama kali berkiprah di turnamen WTA, beberapa orang mengira gaya permainan yang kuat artinya ia tidak berbakat dan tidak mampu menjadi apa pun kecuali petenis yang memukul dengan keras dari area baseline.
“Saya datang ke turnamen WTA sebagai petenis dengan pukulan yang keras dan saya diberi tahu, saya tidak tahu di sebagian besar karier saya bahwa saya tidak berbakat dan saya hanya bisa memukul bola dan saya mungkin tampil dengan baik di area baseline, saya harus berusaha untuk konsisten dan saya adalah petenis dengan servis yang impresif, itu saja,” ungkap Sabalenka.
“Saya hanya pekerja keras, saya bisa tinggal seharian di lapangan dan terus berlatih, terus berusaha menemukan pukulan yang tepat, serta teknik yang benar bagi saya.”
“Lalu kami mulai berlatih dengan pelatih saya, yang sebenarnya cukup mudah, tetapi saya melihat visi saya, bahwa saya tidak hanya menjadi petenis yang agresif, tetapi saya bisa bertahan, saya bisa menggunakan slice. Saya akhirnya bisa mengatakan bahwa semua hal mulai bekerja dengan baik.”
Petenis yang telah mengantongi tiga gelar Grand Slam tidak berpikir bahwa ia akan memenangkan gelar Grand Slam mana pun tanpa meningkatkan variasi permainannya.
“Saya bisa mengatakan bahwa saya tidak akan memenangkan Grand Slam tanpa meningkatkan pukulan saya, permainan bertahan saya, servis saya, bukan hanya sebagai servis tetapi kadang-kadang membuat lawan saya berada di bawah tekanan dengan mengubah ritme. Saya pikir itu yang membantu saya memenangkan Grand Slam,” papar Sabalenka.
“Memiliki variasi ini memberi banyak tekanan kepada lawan. Saya merasa ketika mereka memasuki lapangan, saya bisa memukul melewati mereka dan mereka tidak akan mengembalikan bolanya ke posisi yang tepat.”
Artikel Tag: Tenis, Aryna Sabalenka, Iga Swiatek