Analisis: Juventus dapat berikan hal yang lebih kepada Paul Pogba ketimbang Manchester United
Ligaolahraga - Analisis: Pemberitaan media mengenai kepergian Paul Pogba ke Manchester United semakin merebak luas belakangan ini, namun nyatanya Juventus dapat memberikan sejumlah hal yang tak dapat dimilikinya jika kembali ke Old Trafford.
Kemenangan Juventus atas AC Milan di Stadio San Siro pada bulan April lalu adalah angka yang penting untuk sejumlah alasan. Tak hanya mereka berhasil mendemonstrasikan permainan tim secara keseluruhan, namun juga menjadi raihan kemenangan ke-21 dalam 22 pertandingan dimana kemampuan Paul Pogba menjadi kunci dalam permainan mereka.
Berdasarkan banyaknya kabar yang beredar, Manchester United akan 'mengembalikan' Pogba ke Old Trafford dengan mahar transfer yang tak main-main, 100 juta poundsterling. Namun untuk banyak alasan, Juventus enggan untuk melepasnya sebab sang gelandang asal Prancis adalah ciri utama kesuksesan Il Bianconeri dalam beberapa musim terakhir.
Bersama dengan La Vecchia Signora, Pogba memiliki kesempatan untuk bermain bersama sejumlah pemain hebat di dunia sepakbola dan Juve juga menawarkan konsistensi yang sangat diidamkannya.
Meski Pogba sukses mencetak banyak gol dan assist yang menakjubkan di gelaran musim lalu, termasuk assist mengesankan ke Stephan Lichtsteiner dalam laga imbang dengan Borussia Monchengladbach di Liga Champions, namun ia masih begitu mentah dan membutuhkan beberapa waktu untuk dapat mengembangkan bakat terbaiknya.
Seperti yang terlihat ketika melawan Milan, Pogba dapat masuk dan keluar lini pertahanan lawan dengan begitu lihai. Dan meski ia memiliki kemampuan teknis dan talenta yang hebat, dia tak siap untuk menjalankan tugas mengatur permainan sendirian di lini tengah. Pemain-pemain muda sering melakukan kesalahan, terutama ketika mereka berada dalam tekanan besar dan bermain lebih banyak menggunakan emosi ketimbang berpikir.
Pogba adalah pemain yang harus dimiliki bagi tim yang ingin berkembang. Tak hanya ini, dia akan mendapatkan kepercayaan diri dari pelatihnya dan memainkan peran yang dapat membolehkannya untuk berada bebas di lini depan. Masa-masanya di Italia telah membuktikan kapabilitasnya sebagai pemain di tim.
Kemampuan individualnya telah membuat perbedaan dalam banyak laga bagi Il Bianconeri, namun penampilannya bergantung pada kekuatan skuad dan taktik yang terorganisir untuk mengoptimalisasi kemampuannya.
Didier Deschamps melakukan kesalahan di Piala Eropa 2016 ketika ia memaksa Pogba bermain lebih bertahan di lini tengah Prancis, memintanya untuk menahan segala kemampuan menyerang dan disuruh bertahan untuk membantu rekan-rekannya di lini pertahanan pada laga final.
Pogba tidak dapat bersinar pada hari itu melawan Portugal dan kefrustasiannya begitu terasa. Banyak yang berpendapat bahwa sang pemain muda gagal memenuhi ekspektasi dengan strategi tiga gelandang dari Prancis, namun sangatlah penting untuk mengembangkan hal itu di Italia, negara yang penuh dengan strategi dan permainan disiplin.
Di Juventus, Pogba tahu betul bahwa ia diperbolehkan untuk naik menyerang. Dia selalu menyadari adanya ruang kosong yang ditinggalkannya namun tetap di lindungi oleh rekan-rekannya dan peran itulah yang baik untuknya. Dia mungkin belum belajar banyak tentang permainannya dan beradaptasi dibawah keadaan dan pemain yang berbeda.
Segalanya berbeda ketika ia bermain bersama dengan pemain ber-skill tinggi sejenis Blaise Matuidi untuk timnas Prancis. Matuidi bermain dengan leluasa hingga ke lini depan. Gaya bermainnya sangat berguna bagi Prancis, namun di sisi lain Pogba tak boleh mengambil resiko dengan ikut menyerang atau jika tidak tim lawan akan mudah mengekspos mereka kala diserang. Dalam kata lain, Prancis memainkan taktik yang tak terorganisir dan membatasi Pogba untuk dapat bersinar.
Maka apakah itu membuat gelandang paling dicari ini tak mampu bermain diluar Italia? Tentu saja tidak. Namun itu mengungkap kebenaran akan keterbatasannya. JIka Manchester United atau Real Madrid benar-benar berpikir bahwa mereka akan merekrut pemain yang sangat berkelas, mereka harus berpikir ulang.
Pogba membutuhkan waktu untuk beradaptasi dan perlindungan dari klub yang bersedia untuk mengembangkan bakatnya di lingkungan yang aman. Di Juventus, dia mendapatkan menit bermain yang diperlukannya, dan juga sabar akan setiap kesalahan yang dilakukannya.
Jadi pertanyaan masih tetap begini: apakah Real Madrid atau Manchester United memiliki waktu untuk mengembangkan bakat Pogba atau mereka akan mencadangkan pemain yang memerlukan waktu bermain konsisten demi meraih kemenangan?
Pogba masih diperlukan di Juventus. Tim masih bergantung kepada kemampuan teknis dan kemampuannya untuk menembus lini pertahanan tangguh. Di luar lapangan, reputasinya sangat baik untuk penjualan merchandise.
Dia juga memerlukan Il Bianconeri dan oleh karena itulah, dia akan kesulitan mengambil keputusan untuk hengkang. Bersama Juventus, kesempatan bermainnya dijamin dan kesempatannya untuk menjadi bintang begitu terbuka.
Meskipun begitu, tetap akan ada keuntungan bagi kedua pihak jika Juve setuju untuk menjualnya, terutama jika sang pemain mencari petualangan baru. Mahar transfer yang besar akan membuat Juventus akan lebih baik demi mencapai prestasi besar di Eropa, sama seperti yang mereka lakukan seperti penjualan Zinedine Zidane ke Real Madrid, dan menggantinya dengan sejumlah pemain sekaliber Gianluigi Buffon, Pavel Nedved serta Lilian Thuram di tahun 2001 silam.
Disadur dari artikel Mina Rzouki, ESPN.
Artikel Tag: Paul Pogba, Juventus, Manchester United, Real Madrid, Berita Transfer, Bursa Transfer 2017